Konten Porno? Blokir Bukan Solusi

Setelah beberapa hari ini beredar pemberitaan media social tentang gif porno di whatsapp, kemkominfo berencana memblokir perpesanan yang paling populer tersebut. Lucunya dengan hal-hal kayak gini pemerintah seperti bertindak secepat kilat langsung beraksi, beda halnya dengan masalah-masalah yang, ahh sudahlahhh…..bodo amat….

Oke karena ini menyangkut dunia saya, rasanya gimana gitu kalau nggak komentar. Sebenere pengen diam saja, tapi udah terlanjur diketik di twitter, udahlah sekalian saja. Ini tentang kelakuan pemerintah yang dikit-dikit block dengan alasan yang bermutu tapi rendah~

Endi kodok e mas, kae lho dik~

Sudah banyak korban kominfo yang terkena block sampai saat ini, diantaranya Reddit.com, vimeo.com, tumblr.com, telegram.com dan sekarang whatsapp.com. Mungkin kalau yang portal berita hoax atau pengadu domba oke lah karena itu memang meresahkan. Lha ini diblock dengan alasan mengandung konten porno. Gini lho, namanya internet kita cari apa saja juga ada, mulai dari hal yang bermanfaat sampai kontent di deepweb yang tidak layak dilihat pun ada, tetapi kan juga “harus mencari”.  Kita mulai dari konten porno. Ketika kita memakai google, jika kita tidak mencari dengan keyword “sex” maka hasilnya pun tidak akan berhubungan dengan “sex”. Vimeo juga, merupakan tempat untuk berbagi video. Biasanya video-video yang muncul itu related dengan apa yang sering kita buka, jika kita sering buka tutorial memasak pastilah yang sering keluar tentang masakan, nah jika kita sering mencari video porno….. you know what….. Begitu juga tumblr dan whatsapp gif. Jika kita tidak mengetikan kata sex di pencarian gif, mana mungkin gambar sex akan muncul.

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa yang bermasalah sebenarnya bukan aplikasinya tapi individu yang menggunakan aplikasinya. Terus gimana jika ada anak kecil yang pake dan lihat? Hell-Oooooo ketika kalian mendaftar sebuah aplikasi pasti ada “age restriction” terus kenapa bisa daftar? siapa yang salah? Pak Jokowi? atau Ahok? Terus orang tuanya ngapain? kalau kata di bokong truk “seneng le ngeloni ra gelem le ngopeni”. Jadi ini beberapa “age restrictions” untuk sosial media. Buat yang belum tahu bisa dipelajari. Sebenarnya itu sudah lengkap detailnya ketika daftar di social media bagian link term and bla bla bal dan pasti gak pernah dibaca. Perhatikan baik-baik ya adek-adek. Jika kalian berumur dibawah 13tahun, maka sosial media itu bukan dunia kalian.

 

Age restriction for social media platform

Logikanya gini, kita bahas whatsapp aja. Hampir semua yang pake smartphone pasti pakai whatsapp untuk perpesanan singkat mereka. Nah di whatsapp ada fitur kirim gambar gerak gif dan dalam gif tersebut ada beberapa konten yang mengandung pornografi. Bayangkan jika gara-gara konten gak seberapa, nasib jutaan orang yang pakai whatsapp jadi nggak bisa pakai. Padahal konten porno diluar whatsapp banyak sekali. “Semacam mau membunuh tikus yang ada di dalam rumah tapi dibakar beserta rumah dan isinya“. Mungkin ini yang cocok buat menggambarkan kelakuan pemerintah saat ini. Padahal banyak juga kok yang gak tahu kalau ada fitur kayak gitu, karena apa? ya karena mereka hanya sekedar menggunakan sewajarnya chat. Lho berarti yang tahu emang sengaja mencari dong? Lha iya makanya itu. Kalau di otak udah isinya selangkangan, wit kates sak katese e sik gemandul iso dikiro bugil. Coba kalau gak dicari kata kunci sex di pencarian gif whatsapp NGGAK BAKAL MUNCUL GAMBAR PORNO. Ya emang dasar otak mesum mau gimana lagi. Terus siapa yang bertanggungjawab atas anak-anak yang sudah mesum? ya orang tuanyalahh.

Dan walaupun jika jadi diblock, permasalahannya adalah jika sudah niat buat nonton porno gimanapun tetep bisa, pake vpn misalnya. Tetapi kan bagi user biasa yang emang menggunakan aplikasi tersebut dengan semestinya terkena imbas dari blocknya tersebut. Betul sekali, pemerintah kita memang jenius sekali kok. Kadang jenius sama tolol gak ada bedanya. Sama-sama bikin geleng-geleng kepala sambil nepuk jidat.

Halah bacot, terus solusinya gimana?

Jadi gini, setiap gadget pasti ada fitur namanya parental controls, mulai dari windows, mac, android, iOS dan sebagainya pasti ada fitur itu, jikalau tidak ada bawaan download di app market pasti ada dan gratis. Gunanya buat apa? ya buat kontrol gadget kita ke anak-anak. Misal gini, jika anak kita umurnya masih dibawah 13 tahun maka parental controlnya diaktifkan dan di restriction beberapa aplikasi yang tidak boleh buat anak dibawah 13 tahun, contoh semua social media, youtube, browser dll. Jadi anak kita bisa main gadget dengan konten yang sudah tersedia, contoh game yang sudah didownload, film anak-anak di gallery dan sebagainya. Jika anak kita sudah berumur 17tahun maka yang dikontrol semacam -you know lah- jadi orang tua ikut andil dalam memantau anak. Bukan malah semua diblokir terus yang udah dewasa gak boleh lihat gitu? Kalau gitu pemerintah ngapain? kan udah dijaga orang tua?. Nah gini tugas pemerintah yaitu sosialisasi dan sebagainya, karena saya yakin 9 dari 10 orang tua tidak tahu fitur ini. Disinilah tugas pemerintah buat ngasih tahu para orang tua. Kalau gini kan enak sebenere, tapi apakah mungkin pemerintah punya pemikiran seperti ini? BullSHIIIIIITTTTTTT MEENNNN.

Oke sebagai anak IT yang bertanggungjawab. Ehhmmm, lain kali akan saya jelaskan penggunaan tentang parental control.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *