Akhir-akhir ini semakin prihatin dengan keadaan sosial media di Indonesia. Bagaimana tidak? tiap hari isinya hanya debat-hoax-fitnah-debat gak ada habisnya. Apalagi tiap ada semacam pemilu, entah pemilu presiden, gubernur, bupati bahkan pemilu ketua kelas. Orang-orang yang fanatik sama salah satu tokoh udah kayak juri, gak bisa diganggu gugat. Padahal apa sih yang didapat dari kefanatikan itu? Misal masih tahap fanatik aja sih gak masalah, tapi kalau udah mendewakan dan menyerang lawan udah sakit. Miris tiap baca nyinyiran orang-orang ini.
Oke kembali lagi ke topik, menurut pendapat saya sebenarnya orang-orang ini hanya kurang pengetahuan tentang informasi yang didapat dan gampang kepancing sama info lain yang bertentangan dan dengan mudahnya melampiaskan emosinya di media sosial. Seakan-akan panutan mereka yang paling benar dan yang berlawanan adalah musuh.
Kenapa orang-orang bisa seperti itu? seperti yang saya sebutkan tadi, mereka kurang pengetahuan. Kita tahu bahwa masyarakat sekarang pertama mengenal internet yaitu “media sosial” yang notebene informasi dari media sosial belum terbukti validasinya. Ya, mereka cuma kurang pengetahuan. Mereka belajar IT tanpa melewati proses yang panjang. Mungkin saya dan mungkin beberapa dari kalian termasuk beruntung bisa kenal yang namanya internet mulai dari Komputer yang masih pentium II dengan berbagai kekurangannya.
Jadi penjelasannya gini, orang-orang yang tiba-tiba tahu internet langsung ke sosial media pasti menganggap bahwa informasi yang didapat dari sosial media itu “benar”, padahal belum tentu. Ketika dulu berita hanya dari koran/majalah dan berkembang ke radio/tv tersebut memang sudah melewati beberapa proses sebelum di publish jadi bisa dipastikan 90% benar, sedangkan sosial media? I’m not sure. Dan bahayanya orang-orang ini masih menganggap informasi dari internet “sosial media” itu benar. Beda halnya misal mereka melewati masa-masa komputer dulu baru ke internet, ke smarphone dan baru ke sosial media.
Orang-orang yang melewati masa-masa itu pasti lebih paham mana informasi yg valid dan informasi HOAX. Misalnya gini, ketika mereka bisa komputer dan internet dulu baru masuk, dulu media online hanya segelintir dan itupun kredibilitasnya sudah terjamin dan kebanyakan media asing berbahasa inggris, seperti yahoo.com, msn.com, detik.com, dan tidak banyak media yang ada. Media-media tersebut kredibel karena terdapa susunan kepengurusan dan ada pertanggungjawaban. Setelah bertahun-tahun baru muncul blog-blog pribadi yang masih memakai *.blogspot.com yang kita tahu bahwa itu personal blog gratisan. Nah sampai disini kan jelas mana media “news” mana media “blog”. Walaupun sudah muncul banyak media, orang-orang yang melewati masa itu pasti bisa menyaring karena memang dasarnya sudah tahu mana yang media mana yang cuma blog walaupun sudah dengan domain commercial *.com.
Beda dengan orang sekarang yang menganggap internet itu ya media sosial. Dan yang ada di internet itu selalu “benar”. Seperti pengalaman yang saya alamami beberapa waktu lalu. Ketika teman saya akan melamar pekerjaan secara online, belum mengerti yang namanya “e-mail”. Padahal dia punya smartpone, sosial media banyak, ada whatsapp, bbm, facebook, dan sebagainya. Bagaiamana bisa dengan semua sosial media tersebut tetapi belum mengerti email. Orang-orang seperti ini hanya paham bahwa internet itu ya sosial media.
Ditarik garis lurus memang pengetahuan yang minim tentang internet ini menjadi maslah utama akhir-akhir ini yang menyebabkan kegaduhan-kegaduhan di media sosial. Saya sendiri sebagai orang yang sudah kurang lebih 10 tahun mengenal internet (saya kenal internet dari SD dan komputer masih Pentium II) sebisa mungkin mencoba mengedukasi orang-orang di lingkungan saya minimal dengan memberitahu mana informasi yang bisa diterima mana yang tidak. Kasihan kan kalau mereka sampai terjerumus hanya karena ketidaktahuan tentang informasi.
Ayolah kita-kita yang lebih paham jangan sampai seperti mereka, lebih teliti lagi dalam memilah-milah informasi yang ada dan jangan asal share hanya karena judul. Biasakan cek dan re-cek lagi. Sudah banyak yang menjadi korban ketidaktahuan informasi.